Memang terkadang spot tempat yang indah itu belum tentu populer dan banyak orang tahu. Contohnya pantai berpasir indah di Kalimantan Utara. Warga Kalimantan Utara tidak banyak yang tahu jika di wilayah perbatasan Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara dengan Malaysia memiliki pantai yang indah dengan pasir yang berwarna coklat bersih.
Pantai Batu Lamampu dan Pantai Kayu Angin merupakan dua pantai yang saling menyambung yang berada di Pulau Sebatik, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Kedua garis pantai dibatasai oleh pulau kecil, sisa proses abrasi pantai. Garis pantai yang melandai dengan pasir coklatnya yang bersih menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung.
Jika cucaca cerah, warna biru langit terlihat kontras dengan warna pasir pantai yang coklat bersih akan menyajikan perpaduan pemandangan yang sangat indah. Puluhan mil dari pantai, para pengunjung bisa melihat bagang nelayan yang berada di perairan Ambalat.
Jika malam hari, bagang-bagang tersebut akan terlihat seperti kunang-kunang di tengah laut ketika para nelayan mulai memasang lampu petromak sebagai penarik ikan maupun udang untuk masuk di jaring para nelayan yang mereka pasang di bagang.
Pantai Batu Lamampu dan Pantai Kayu Angin memiliki garis pantai sejauh 3 kilometer. Pasirnya yang coklat bersih paling asyik untuk disusuri dengan berjalan kaki ataupun dengan menggunakan motor.
Jika laut sedang surut, lebar garis pantai yang berpasir halus tersebut bisa mencapai 15 meter. Lebarnya garis pantai Batu Lamampu maupun Pantai Kayu Angin dipastikan akan membuat pengunjung puas melakukan kegiatan olah raga maupun kegiatan rekreasi lainnya.
Kedua pantai tersebut terletak di Pulau Sebatik, pulau yang terbagi dua antara Sebatik Indonesia dan Sebatik Malaysia. Dari Kota Tawau, Malaysia, kedua pantai tersebut bisa ditempuh hanya 30 menit dengan menggunakan speed boat.
Sementara dari Ibu Kota Kabupaten Nunukan dibutuhkan waktu kurang lebih satu jam dengan menggunakan kapal feri KM Manta. KM Manta juga memiliki jadwal tertentu untuk melakukan penyeberangan ke Pulau Sebatik.
Dengan hanya membayar Rp 19.000 ditambah dengan Rp 10.000 untuk tiket motor kita sudah bisa berkunjung ke pantai yang masih perawan tersebut.
Sayangnya keindahan pantai yang cantik belum didukung dengan akses jalan. Untuk menuju Pantai Batu Lamampu dari Dermaga Liang Bunyu setelah menumpang feri, pengunjung masih membutuhkan waktu sekitar 30 menit menyusuri jalan trans Kalimantan Utara yang sudah lumayan bagus.
Sayangnya jalan aspal terputus kurang lebih 1 kilometer masuk ke Pantai Batu Lamampu. Jalan tanah yang berlubang dan becek akan menyambut pengunjung. Padahal untuk sampai ke bangunan gazebo yang dibangun oleh pemerintah daerah masih berjarak 500 meter lagi.
Di ujung pantai kita bisa menikmati fasilitas gazebo serta peristirahat di sebuah bukit di mana masyarakat menyebutnya Batu Lamampu. Batu Lamampu dalam bahasa daerah Suku Dayak Tidung adalah batu yang tidak akan tenggelam meskipun laut sedang dalam keadaan pasang tinggi.
Jika kita menyusuri pantai sejauh 1,5 kilometer ke arah timur dengan melewati sebuah pulau kecil yang terdapat pohon di sana, kita akan sampai ke Pantai Kayu Angin.
Bangunan Gazebo di Pantai Batu Lamampu. Pantai Batu Lamampu merupakan kawasan pantai yang indah dengan pasir coklat yang bersih dengan paduan langit yang biru. Sayangnya Pemkab Nunukan, Kalimantan Utara belum memaksimalkan potensi wisata yang berada di wilayah perbatasan dengan Malaysia tersebut.
Bangunan Gazebo di Pantai Batu Lamampu. Pantai Batu Lamampu merupakan kawasan pantai yang indah dengan pasir coklat yang bersih dengan paduan langit yang biru. Sayangnya Pemkab Nunukan, Kalimantan Utara belum memaksimalkan potensi wisata yang berada di wilayah perbatasan dengan Malaysia tersebut.
Pantai Kayu Angin dipenuhi oleh pohon cemara atau warga Sebatik menyebutnya Pohon Angin. Sayangnya, abrasi pantai telah menggerus pohon-pohon Kayu Angin tersebut hingga tersisa satu baris pohon Kayu Angin.
Itupun sebagian sudah mulai condong karena tanah tempat tumbuh pohon telah tergerus abrasi. Sayangnya belum ada upaya dari pemerintah daerah untuk mengelola destinasi wisata yang cukup eksotis tersebut.
Pemerintah daerah juga belum melakukan upaya menanggulangi abrasi pantai yang terjadi saat ini. Jika dibiarkan, kedua pantai yang indah di wilayah perbatasan tersebut sewaktu-waktu bisa saja menghilang karena digerus oleh lajunya abrasi.
source: travel kompas